Sunday 19 July 2009

CH.3 “Takut”

Beberapa bulan terlewati, dan saya merasa kesepian dan tentu saja saya di selimuti oleh ketakutan akan masa depan. “Bagaimana kalau nanti saya gagal ?”, “Bagaimana kalau saya pulang tanpa gelar ?”, “Bagaimana kalau saya tidak lulus ?” Semua pertanyaan itu terus berputar di dalam benak saya tiada henti sepanjang hari. Saya sangat takut. Terkadang, ketika kita sudah terbiasa untuk berjuang sendiri dengan kekuatan sendiri, kita, khusus nya saya, lupa dengan orang-orang yang berada di sekitar kita. Saat itu, saya sedang dihantam dengan begitu banyaknya tugas dan bahan ujian. Saya menjadi sangat sibuk dan hanya fokus ke hal-hal tersebut. Semua usaha saya hanya tercurah demi keberhasilan saya untuk mendapatkan nilai yang bagus. Akibatnya saya melupakan apa yang ada di sekitar saya. Fanny akhirnya hanya tersenyum lewat YM ketika saya bercerita panjang lebar tentang ketakutan saya. Dia selalu mendukung saya lewat kata-katanya dan lewat doanya. Suatu kali, saya minta dia untuk mendoakan saya karena saya begitu takut dengan apa yang sedang terjadi. Akhirnya dia menelpon saya lewat skype, dan kita berdoa bersama. Kita selalu melakukan video conference ketika menggunakan skype untuk telpon. Tetapi waktu dia mendoakan saya, saya ingat sekali butiran hangat keluar dari sudut mata saya. Saya tidak cukup kuat untuk menahan tangis dan buru-buru untuk membalikkan webcam yang saya gunakan supaya wajah saya tidak terlihat. Seusainya kita berdoa, dia bilang… “Tadi Dia ada di belakang kamu.” Saya kembali bercucuran air mata karena saya sadar telah meragukan Dia. Rasa takut saya terhadap kenyataan, terhadap masa depan telah membutakan mata hati saya yang seharusny tertuju padaNya. Ketika mata hati kita tidak lagi terfokus padaNya yang ada hanya jiwa kita yang terjerumus kedalam badai kehidupan dan ketakutan. Sadarilah bahwa kita tidak pernah sendiri, ada Dia yang selalu perduli. Seberapa jauh kita dari padaNya, sekalipun Dia tidak pernah melupakan kita… terkadang jalan yang kita lalui mungkin tidak seperti yang kita ingini namun tiba saatnya di mana kita berdiri tegak melawan waktu dan melihat apa yang telah terjadi, kita akan mengerti apa yang Dia inginkan dari pada kita. Mungkin saat itu kita takut, sakit, terluka bahkan sempat ingin menyudahi peran kita di dunia ini tetapi lihatlah apa yang telah Dia perbuat atas kita hingga saat ini kita tetap selamat dan menikmati buahnya.

No comments:

Post a Comment