Sunday 19 July 2009

CH. 2 “Komunitas muda mudi Indonesia pertamaku”

Seorang teman dekat saya, Reyner, mengajak saya untuk pertama kali ke sebuah komunitas muda mudi gabungan Kristen dan Katolik. Di sana saya bertemu dengan teman-teman lainya seperti Lisa yang menjadi kordinator komunitas itu. Adi, dan Ivan yang membantu Lisa dalam melayani komunitas ini. Saat itu, kami membahas topik dari sebuah buku yang berjudul “Purpose Driven Life”. Buku ini sangat menarik. Buku ini di bagi menjadi beberapa bagian dan kita di harapkan untuk membaca buku ini idealnya 1 bagian untuk 1 hari sebagai bahan renungan. Komunitas ini juga kerap kali membahas ayat-ayat dalam kitab suci. Anggota yang satu berbagi pengalaman dengan yang lain. Saling menguatkan dan meneguhkan. Komunitas ini punya arti khusus buat saya ketika saya ikut serta untuk pertama kali.
Tak lama kemudian, beberapa teman menyadari bahwa saya bisa bermain gitar sedikit. Dan, kemudian saya menjadi pemusik di komunitas itu. Ya, untungnya saya pernah beberapa kali di ajak untuk menjadi pemusik di komunitas saya yang dulu di Jakarta, BIG. Buat saya, musik adalah jiwa… nafas untuk kata-kata supaya menjadi hidup dan akhirnya kata-kata itu mampu masuk ke dalam hati kita. Selama saya di BIG, saya belum pernah menjadi pemusik di persekutuan doa. Tawaran pertama saya untuk melayani adalah sebagai usher atau penerima tamu. Tawaran itu datang dari cici Martha. Dia adalah ketua komunitas sekaligus koordinator sel saya. Sesekali saya merasa bosan dan bertanya “Ci, kapan saya mungkin menjadi pemusik di persekutuan doa ?” tetapi cici Martha cuman tersenyum dan tersenyum sambil berkata “Nanti aja tunggu tanggal mainnya” seakan-akan dia sudah tau kapan saya akan menjadi pemusik yang benar. Ci Marta sesekali mengajak saya untuk menjadi pemusik di acara pembinaan alkitab. Banyak yang suka dengan cara saya bermain pada waktu itu, namun tetap saya saya tidak di perkenankan untuk menjadi seorang pemusik di persekutuan doa…”kenapa ?” saya bertanya dalam hati. Hingga akhirnya saya mendapat sebuah surat bahwa saya mendapatkan beasiswa untuk study di Belanda, saya berangkat akhirnya ke Belanda dengan pelayanan terakhir saya sebagai usher dan sempat saya terkadang kesal, kenapa saya tidak menjadi seorang pemusik.
Setibanya saya di Belanda, saya bertemu dengan komunitas muda-mudi lagi, dan saya menjadi pemusik… dan anehnya saya menjadi sadar bahkan sangat sadar kenapa saya tidak diperkenankan untuk menjadi pemusik di persekutuan doa. Alasannya adalah ketaatan. Saya bermain kerap kali hanya untuk kepuasan saya sendiri bukan untuk mengantarkan teman-teman saya ke suasanan di mana kita bertemuTuhan. Saya tidak taat. Yah, akhirnya saya cukup senang dengan mereka yang mengajak saya untuk bermain musik. Bahkan kita pernah 1 kali menciptakan sebuah lagu dan di nyanyikan di persekutuan doa.
Sebuah komunitas, sangat di perlukan untuk menjaga iman dan persatuan kita dengan Tuhan dan sesama. Dengan komunitas, kita tidak lagi sendiri melainkan bersama menghadapi dunia. Komunitas bukan hanya sebuah tempat untuk senang-senang, bukan juga untuk cari pacar, tetapi untuk memahami orang lain, sesama kita yang seiman mau pun yang berbeda kepercayaan. Di komunitas ini saya mengalami sebuah kebersamaan yang cukup indah… mereka tidak lagi teman bagi saya, tetapi saudara dan saudari.

No comments:

Post a Comment