1.
Pengantar
LTE (Long Term Evolution ) atau dikenal sebagai 4G LTE
merupakan standard sitem komunikasi nirkabel yang di kembangkan oleh 3GPP (3rd
Generation Partnership Project; sumber: http://www.3gpp.org/technologies/keywords-acronyms/98-lte).
Teknologi yang digunakan LTE tak lain dari GSM/EDGE dan UMTS/HSPA. Sebagian besar negara sudah memulai penggunaan
LTE (warna merah), beberapa negara sudah
memulai trial penggunaan LTE (warna biru muda), dan beberapa negara sudah
memulai perencanaan dan persiapan untuk jaringan LTE (warna biru tua). Indonesia termasuk dalam grup negara
yang sedang dalam proses perencanaan dan pengembangan jaringan LTE.
Gambar _1.1
(Courtesy of Wikipedia taken by the author in 2014)
2.
Apa yang menarik dari LTE?
Penggunaan teknologi OFDM (Orthogonal Frequency Division
Multiplexing) memungkinkan pengguna yang lebih banyak dan penggunaan spektrum
frekuensi lebih efisien (sumber: http://flexible-radio.org/sites/default/files/media/1/tutorial_ofdmtutorial.pdf).
Jaringan LTE memungkin kan pengguna menerima signal dari beberapa Base Station
(BS) sehinggi mampu meningkatkan qualitas dan kapasitas jaringan yang di pakai
pengguna. Arsitektur jaringan LTE juga lebih sederhana dibandingkan jaringan 2G
dan 3G sehingga proses data lebih cepat. Dan yang paling menarik untuk Indonesia
adalah pertama, teknologi LTE memungkin penggunaan lebar pita frekuensi karier
yang fleksibel. Lebar pita frekuensi yang didukung dalam teknologi ini adalah
1.4, 3, 5, 10 , 15 dan 20 MHz. Kedua, tekonologi LTE memungkinkan penggunaan
jaringan yang lebih kecil atau yang dikenal sebagai Pico cell.
2.1. Lebar pita frekuensi karier yang fleksibel.
Frekuensi di indonesia yang cukup ramai dengan lebar pita
frekuensi berkisar 3 hingga 20 MHz memungkinkan ada nya frekuensi ‚sisa‘ yang
mungkin bisa digunakan. Dalam hal ini lebar pita 1.4 MHz pada teknologi LTE
sangat membantu dalam peningkatan efisiensi spektrum. Efisiensi spektrum tidak
hanya pada penggunaan lebar pita frekuensi yang lebih kecil saja namun dari
sisi user equiptment (baca: telepon genggam) juga adanya fitur Carrier
Aggregation (CA; sumber: http://www.3gpp.org/technologies/keywords-acronyms/101-carrier-aggregation-explained)
pada teknologi LTE yang lebih lanjut. Fitur CA ini memungkinkan adanya
penggabungan beberapa lebar pita frekeunsi yang bertujuan meningkatan data
rate. Perusahaan Intel sedang mengembangkan RF-chip yang mampu mendukung CA
(sumber: http://electronics360.globalspec.com/article/3736/intel-launches-lte-modem-with-samsung-design-win).
2.2. Pico cell
Pico cell sebenarnya adalah ruang jangkau signal LTE yang
lebih kecil. Dengan adanya Pico cell dalam jaringan LTE memungkinkan
peningkatan efisiensi yang lebih tinggi lagi dari segi energi, lokasi dan
penggunaan frekuensi karier. Pico cell menggunakan daya yang rendah karena
hanya mencakup ruang jangkau yang kecil misalnya ruang lingkup kantor (dalam
ruangan) hingga kampus. Pengaturan jangkauan signal LTE tak
lepas dari daya NodeBnya (baca: sumber signal). Dalam teknologi LTE yang lebih
lanjut bahkan mampu mengefisienkan throughput (baca: total data yang di akses
pengguna) pada suatu cell. NodeB sebuah cell yang sudah mencapai throughput
maksimum mampu memberi info ke NodeB pada cell lain yang berdekatan dan
memiliki throughput yang lebih rendah untuk meningkatkan jangkauan, dengan
beberapa cara misalnya: meningkatkan daya atau mengubah sudut pancar antena
nodeB, sehingga mampu menjangkau pengguna lainnya sehingga tercapai throughput
yang merata.
Lokasi pico
cell juga dapat diatur sesuai dengan penggunaan frekuensinya sehingga sebuah
frekuensi karier dapat di digunakan secara bersamaan pada beberapa pico cell
pada jarak tertentu (sumber: http://www.fujitsu.com/downloads/TEL/fnc/whitepapers/High-Capacity-Indoor-Wireless.pdf).
3.
Perencanaan Arsitektur Jaringan LTE untuk negara
kepulauan Indonesia
Arsitektur Jaringan LTE pada umumnya dapat di gambarkan
sebagai berikut:
Negara Indonesia terpisahkan oleh luasnya lautan yang cukup
sulit dijangkau bila hanya mengandalkan kabel optik. Salah satu dari banyak
solusi adalah penggunaan Satelit sebagai pengganti kabel optik. Satelit sebagai perantara dapat
menjadi alternatif koneksi antar eNodeB.
Gambar _3.1
(Courtesy of EAS ITA taken by the author in 2014; http://telecom.esa.int/telecom/www/object/index.cfm?fobjectid=31572)
4.
LTE untuk Indonesia
Dibandingkan dengan teknologi sebelumnya GSM/EDGE dan
UMTS/HSPA, LTE jauh lebih efisien dan lebih hemat biaya. Untuk Indonesia, LTE tidak hanya serta merta
data rate yang cepat dan pita frekuensi yang lebar (bayangkan bilang ada 2 pita
frekeunsi sebesar 20MHz dengan CA bisa digabungkan menjadi 40 MHz atau bahkan
lebih). Namun juga beberapa fitur yang juga mampu menjadi solusi atas buruknya
sistem komunikasi di Indonesia karena keterbatasan koneksi yang hanya
menggunakan kabel optik sebagai backhaul jaringan. Beberapa multimedia juga
dapat melebur dalam jaringan LTE seperti pay TV dan layanan internet.